December 22, 2011

Memoirs Of Love II: The Marriage Life


Aku kan sudah bilang, kalau bulan madu tuh jangan ke pantai. Berisik dan bikin masuk angin. Gerutu Baby tajam. Jangan marah gitu dong Babz, malu nih di lihat orang lain. Jawabku berusaha menenangkan Baby yang sejak tadi menggerutu tiada henti. Yang malu tuh aku tahu. Kamu lihat sendiri kan apa yang mereka lakukan pada kita? ujar Baby sembari menunjuk ke arah pengunjung pantai yang sedari tadi tengah berjemur. Apa? aku tidak melihat ada yang aneh dengan mereka? tanyaku dengan nada sedikit kesal. Kesabaranku sedikit demi sedikit mulai terkikis karena sikap Baby tidak bisa berhenti cemburu.
Mereka tuh lagi ngetawain aku tahu. Tuh kan mereka bisik-bisik lagi. Pasti mereka mau bilang: kasihan deh tuh cewek, cantik-cantik kok dapat suami kayak gorila. Ujar Baby gusar. Ya jelas aja mereka kasihan. wong suami nya cemburuan melulu. Balasku sengit. Mendengar ucapanku Baby tak tinggal diam, dengan cepat ia melaksanakan serangan balasan. Kalli billi ( kucing hitam) yee…Baby balas meledek. Akhirnya kami berdua segera terlibat adu mulut sengit yang menyebabkan acara bulan madu ke Pantai Jumeirah Dubai, menjadi batal. Gara-gara adu mulut sengit itu acara bulan madu yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi Nightmare ( mimpi buruk) yang tak terlupakan.
Hahaha…jadi Baby masih tetap tidak berubah toh. Aku kira kalau sudah jadi istri, dia gak bakalan cemburu kayak dulu lagi. Juan tertawa terpingkal-pingkal sesaat setelah aku menceritakan kejadian yang menimpa kami di Jumeirah Dubai tempo hari. Ya begitulah, pernikahan tidak membuatnya berubah. Malah semakin hari kecemburuannya semakin besar. Pusing aku jadinya.Keluhku pada Juan.
Mendengar ucapanku, Lupita mengerenyitkan dahinya. Untuk sesaat ia tertegun dan berpikir, berusaha membantu memecahkan badai dalam rumah tangga yang sedang menimpaku. Cobalah untuk sering-sering menemaninya. Mungkin dia bersikap begitu karena ingin cari perhatian. Lupita memberi saran. Aku tertegun sesaat setelah mendengar ucapan Lupita. Perhatian...aku bergumam. Mungkin ucapan Lupita ada benarnya. Sejak kami menikah empat bulan yang lalu, baik aku maupun Baby jarang bertemu satu sama lain. Kesibukan yang begitu tinggi membuat kami kurang berkomunikasi.
Akan lebih bagus lagi bila memiliki anak. Ucapan Juan membuyarkanku dari lamunan. Anak…gumamku lagi. Ya anak…kehadiran seorang anak akan merubah sikap seseorang. Juan berkata sembari mengelus perut istrinya, Lupita, yang kian membesar. Kupandangi tingkah romantis sepasang suami istri yang selalu rukun ini. Ah betapa irinya…. Seandainya saja Baby bisa romantis seperti Juan.
*****
Dua minggu berlalu sudah sejak aku memutuskan untuk mengambil cuti kerja. Sejak saat itu pula sedikit demi sedikit kelakuan Baby yang super bawel dan cemburuan mulai terkikis. Perhatian serta kasih sayang ekstra yang ku berikan padanya ternyata mampu membuatnya bersikap sedikit lebih sabar dan romantis. Meskipun tidak seromantis Juan.
Din, hari ini aku ada meeting dengan para direksi. kemungkinan besar aku akan pulang telat. Jaga dirimu baik-baik. Dont talk to stranger, ok. Ujar Baby sembari mencium keningku. Ok, dont worry. Ill be fine. Sahutku sembari tersenyum simpul. Tak lama kemudian terdengar suara mobil berjalan meninggalkan rumah. Baby telah pergi ke kantor.
Tinggallah aku yang tersenyum licik, merayakan kemenangan. Yeah Baby is not in the house ( hore baby tidak ada di rumah). Its time for me to have a fun (sekarang giliranku untuk bersenang-senang). Pekikku sembari melompat kegirangan. Tanpa membuang waktu, segera ku berlari menuju kamar tidur, berganti pakaian dan aku pun siap untuk melakukan hobbie lamaku, shopping in Dubai mall. Dubai Mall Here I Come….
*****
Huh….. ternyata belanja sendiri tanpa di sertai suami bete juga ya. Kalau saja Baby ada di sini….Keluhku ketika melihat pasangan suami istri yang berbelanja sambil bergandengan tangan. Melihat pemandangan romantis seperti itu, tiba-tiba saja hati ini merasa sangat rindu kepadanya (Baby). Terbayang olehku saat berjalan bersamanya di Pantai Jumeirah Dubai. Meskipun acara bulan madu itu gagal total gara-gara pertengkaran kecil kami, tetap saja aku bisa sedikit suasana romantis kala bersama suami tercinta.
Tidak tahan melihat sikap romantis para suami istri yang jalan berdua di mall, aku memutuskan untuk pulang kembali ke rumah. Dengan perasaan iri, kesal serta jengkel aku melangkahkan kaki menuju pintu keluar Dubai Mall.
Namun belum sempat aku melangkah keluar, tiba-tiba saja pandanganku membentur ke arah sebuah toko furniture mewah yang terletak tak jauh dari pintu keluar mall. Baby…sedang apa dia di sini? bukankah ini waktu jam kerja?gumamku tajam. Rasa curiga perlahan mulai memenuhi pikiranku. Agak lama aku berdiri mematung, memandang ke arah Baby yang tengah sibuk memilih perabotan rumah mewah bergaya Eropa. Berbekal rasa curiga, ku kumpulkan segala keberanianku untuk masuk ke dalam toko dan membuntutinya. Sesampainya di sana, ku bersembunyi di antara furniture kayu yang memenuhi ruang pameran toko.
Aku mau lampu kristal bohemian ini serta meja makan antik yang ada di sana. Tolong antar ke alamat ini ya. Ujar Baby sambil menunjuk ke arah dua buah barang mahal yang super mewah. Wuaaah….betapa indahnya. Gumamku dengan muka kemerahan. Hatiku menari-nari, membayangkan betapa indahnya pemandangan rumah kami bila di hiasi oleh barang-barang yang super mewah.Para tetangga pasti akan merasa iri. Hihihihi…Celetukku tanpa sadar.
Sayangnya kebahagianku tidak berlangsung lama. segera setelah baby menggosokkan kartu Citibank Visa, seorang wanita cantik berambut pirang menghampirinya. Lets go honey.. ujar wanita cantik itu. Baby hanya mengangguk, tak lama kemudian mereka pun pergi meninggalkan tempat ini.
Bagai di sambar petir rasanya hati ini ketika melihat suami tercinta pergi dengan wanita lain. Terbayang ucapannya tadi pagi ketika hendak berangkat ke kantor. Katanya ada urusan di kantor. Ternyata……. Tanpa terasa bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipi.

Ya Tuhan… Apakah Baby mengkhianatiku? inikah balasan atas kesetiaan serta kesabaranku selama ini?. Air mataku pun mengalir semakin deras.

*****
Sebulan berlalu sudah setelah aku memergokinya sedang berbelanja bersama wanita lain. Dengan berlalunya waktu, rasa cemburu serta kecurigaanku padanya semakin hari semakin membesar. Bagaimana tidak? semua barang-barang mewah yang ia pesan tempo hari ternyata tidak pernah sampai ke rumah kami. Belum lagi ia sering pulang telat. Kalau kutanyakan alasannya dia langsung merajuk atau mengalihkan pembicaraan. Kamu ini gak percayaan banget sih sama aku. Tegasnya suatu kali. Sepertinya ia berusaha meyakinkanku bahwa selama ini ia sibuk dengan pekerjaan di kantor. Dasar pembohong!
Kerenggangan hubungan kami semakin lama semakin terasa. Komunikasi yang semula sudah berjalan lancar semenjak aku memberikan perhatian ekstra padanya, sekarang berubah menjadi kebisuan. Kesibukanku di kantor serta semakin telatnya kepulangan Baby ke rumah memperparah keretakan rumah tangga kami. Karena tak ingin kehilangan suami yang sangat ku cintai maka aku mengambil keputusan yang sangat sulit, yaitu berhenti bekerja. Aku berharap dengan adanya waktu serta perhatian yang cukup, hati Baby akan kembali berpaling padaku serta meninggalkan kekasih gelapnya. Siapa lagi kalau bukan wanita cantik berambut pirang yang kulihat tempo hari.
Namun harapan tinggal harapan. Pengorbanan yang selama ini kulakukan ternyata sia-sia belaka. Semakin aku sering berada di rumah, semakin sering pula Baby mencari alasan untuk pulang telat. Semua itu membuatku sangat sedih hingga kuputuskan untuk meninggalkan rumah dan kembali ke rumah orang tuaku di Indonesia. Kutinggalkan selembar surat yang berisi alasan kepulanganku ke Indonesia serta permintaan agar ia segera menceraikanku.Buat apa aku tetap berada di Dubai, bila orang yang ku cintai tidak mengharapkan kehadiranku? tentulah tidak ada gunanya. Gumamku dalam hati. Jadilah sepanjang perjalanan dalam taksi menuju Bandara Internasional Dubai ku isi dengan isak tangis.
*****
Taksi yang ku tumpangi berhenti tepat di arah pintu keberangkatan. Dengan cekatan sang supir segera turun dan membukakan pintu. Lalu ia bergegas menurunkan travel bag yang ada di bagasi . Berapa? tanyaku pada supir bertubuh tambun itu. 20 dirhams, jawabnya singkat sembari tersenyum ramah. Ku ambil selembar uang kertas 50 dirham dari dompet, lalu ku berikan padanya. Keep the change ( ambil saja kembaliannya). Kataku dengan senyum yang di paksakan. Thank you very much ( terima kasih banyak) Jawab supir tersebut dengan wajah riang gembira. Sepertinya ia sangat senang mendapatkan tip sebanyak itu.
Sepertinya nyonya kurang sehat. Mau saya bawakan barang anda sampai ke dalam? sang supir menawarkan. Terima kasih tapi saya bisa membawanya sendiri. Jawabku sembari menghapus air mata. Setelah berjabat tangan dan mengucapkan selamat tinggal, ku melangkah masuk ke counter tiket Emirates Airlines yang berjarak tak jauh dari pintu masuk.
*****
Antrian penumpang yang begitu padat membuatku harus menunggu selama hampir 1 jam sebelum akhirnya mendapat giliran untuk membeli tiket.Pesawat akan berangkat 1 jam lagi. Semoga perjalanan anda menyenangkan. Ujar wanita penjaga counter tiket tersebut. Dengan senyum kecut ku ucapkan terima kasih dan bergegas masuk ke dalam ruang tunggu keberangkatan.
Belum sempat niatku terlaksana, tiba-tiba saja aku mendengar suara Baby berteriak memanggil namaku dari kejauhan. Dina….tunggu..jangan pergi… teriak Baby sembari berlari ke arahku. Karena takut serta kesal akan sikapnya, ku ambil langkah seribu, berlari menjauhinya. Jadilah kami saling berkejaran di bandara.
Secepat apapun aku berlari tetap saja tidak bisa lolos dari baby. Dengan tubuh yang tinggi besar serta kaki yang panjang, mudahlah baginya untuk menangkapku. Dina…jangan pergi.. bentak Baby ketika berhasil menangkap tanganku. Di peluknya diriku dengan erat, lalu dengan wajah sendu dan mata berkaca-kaca ia memberanikan diri untuk bertanya. Sayang ada apa denganmu? kenapa kau pergi meninggalkanku? tanya Baby keheranan. Cukup Baby, hentikan semua omong kosong ini. Aku sudah tahu semuanya. Jawabku sembari mendorong tubuhnya. Tahu apa sayang? Aku tidak mengerti? Baby kembali bertanya, kali ini dengan wajah memelas.
Kau dan wanita cantik itu. Kau mencintainya kan? aku melihatmu bersamanya, sewaktu kau membeli furniture mewah di Dubai Mall bulan lalu. Semua itu untuknya kan? Untuk istri barumu itu? Pekikku sembari menangis.Istri baru yang mana? hanya kau seorang yang ku cinta. Jawabnya sembari memandang sendu ke arahku.
Jangan bohong. Kalau dia bukan istrimu, mengapa kau belikan perabot mahal untuknya? aku semakin histeris. Mendengar ucapanku, wajah Baby yang semula sendu berubah menjadi ceria. Tak lama kemudian ia pun tertawa terpingkal-pingkal hingga mengeluarkan air mata. Dina..dina..kau ini cemburuan sekali sih. Ujar Baby dengan senyum simpul. Terserah…pokoknya aku gak kuat di madu…balasku ketus.
Aku juga gak berniat untuk menikah lagi kok. Buat apa cari istri baru, kalau aku sudah memiliki istri tercantik di dunia. Rayu Baby.
Gombal...Jawabku setengah merajuk.
Benar kok. Aku gak bohong. Wanita yang kemarin kamu lihat itu adalah Madeline, Designer Interior dari Godrej.
Godrej….perusahaan interior yang terkenal itu? Tanyaku setengah tak percaya.
Ya, sebenarnya aku mau membuat kejutan untukmu. Aku sudah membeli rumah baru di Pantai Jumeirah sebagai permintaan maaf sekaligus ucapan terima kasih karena bersedia meluangkan seluruh waktumu untuk mengurusku.
Ujar Baby mengagetkan.
Jadi semua perabotan mahal itu….? tanyaku malu.
Humm…berhubung seleraku terhadap barang-barang mewah kurang bagus, maka aku meminta bantuan Madeline dari Godrej untuk membantu memilihkan perabot rumah. Baby tersipu malu.
Setelah panjang lebar mendengarkan penjelasan Baby akhirnya kesalahpahaman di antara kami terselesaikan dengan baik. Dengan wajah memerah karena menahan malu ku tawarkan pelukan padanya dan ia pun menerimanya.
I love u sweetie..Bisik baby pelan
Love you too Baby...Sahutku sembari mencium pipinya.
Hoek…Hoek..tiba-tiba saja ku terbatuk dan mendorong tubuh Baby agar menjauh dariku. Entah kenapa perutku terasa mual. Begitu mualnya seakan-akan ingin memuntahkan seluruh isi perutku.
Dina..kamu kenapa? sakit? tanya Baby dengan wajah cemas.
Gak papa kok cuma mual aja. Rasanya aku perlu ke kamar mandi. Jawabku cepat untuk menghilangkan kecemasannya.
Din..kamu..jangan-jangan..kamu..hamil? Tanya Baby ragu-ragu. Terlihat jelas di wajahnya rasa gembira yang bercampur dengan keraguan.
Sepertinya begitu…sudah 1 minggu ini aku mual-mual terus. Jawabku malu-malu
Hore… aku akan jadi ayah. Teriak baby dengan wajah bahagia. Segera ia memelukku kembali dan berkata…i love u more sweetie...you are the best that i ever have in my life ( kau adalah yang terindah di dalam hidupku)….
Inilah cerita dari kisah cintaku dalam membina rumah tangga bersama suami tercinta. Semoga kebahagiaan ini bisa bertahan selamanya sampai maut memisahkan kami. Amin.   
                          Maret 28th, 2007 by Banhawy

No comments:

Post a Comment

royrronie.blogspot.com